Laut
I
Dari matamu yang sabit,
aku benci kehilangan
Sebab di sana tersimpan
makna kata dan tatapan
Sedang pantai beraroma mawar, kabut pun menebar
malam malam pertemuan
sekokoh mercusuar
Seketika bulan pun
kalah, sebab matamu lebih nyala dari sepi
di waktu waktu kelam
yang meletih, tubuhku kian pipih
Laut kenangan meruncing
di ujung karang, pecah
berderaian, menembus jantungku
2015
Laut
II
Kubuka mataku,
berlayarlah padaku
Saat angin dan ombak
bermain di bawah bulan
dan pepohonan tinggal
menunggu bayang bayang
bibirku beku, sedang laut mengalun tenang
aku melihat orang orang
gelisah menunggu
garis nasib pada perut
dan harapan yang tak surut
Pengangguran menjadi
angka harmonis bagi kemiskinan
Bendera lupa pada
slogan, kita cuma diam
Berlayarlah di mataku,
akan kau selami samudera
dan riwayat karang dari
anyir perjalanan getir
Di sana akan kau temui
cahaya kebijaksanaan
Tentang hidup dan maut
sebagai ampas ruhani bagi usia
dijerat lalai bagi pesta penjilat yang tak pernah usai
Kubuka mataku, berlayarlah padaku
Akan kukecup kerinduan di
bawah bulan
Perahu
Khidr menelan pengkhianatan
Hingga
tenggelam pada surga penghabisan
2015
Laut
III
Bulan tipis, ombak
berbaris ritmis
Ikan ikan melompat di riak kenangan
Ada yang basah di
mataku, bayangmu
bermain begitu manis
Meski telah kucipta
jarak memanjang
Kemana pun memandang,
hanya wajahmu
Sebab yang kekal hanya
tinggal luka
tak dapat kubandingkan
sakit semesta
Malam ini kelomang
pulang ke sarang
Daun daun nyiur pantai
lembut bergoyang
Tangisku aduh, di lepas
laut tak habis habis
Bulan tetap tipis,
menajam di bola mataku
Menjelma hujan deras,
laut mengganas
;
namun usia hanya tinggal ampas
2015
Rindu
I
Sepanjang jalan
Bulan berkabut pilu
Menggiring rindu
Kenangan menyergap
Pada mata basah
jantungku pecah
2015
Dimuat 12 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar