Segelas Anggur
Kesakitan
membatu di dada # memercik api di mata
tanda
Angin
mendebur jadi ombak # menjemput cinta kudus berbiak
Berlayarlah
perahu sebelum karam # sebelum layar terlanjur terkoyak
; padamu aku mabuk
# rindu pada peluk
hujan
senja merata # pasir tuliskan cinta
basahlah
hati yang kering # pecah jantung pada kerling
Kita
menuju masa depan # mengusir detak detik kesunyian
Diriku
segelas anggur # bagimu aku lebur
Seperti
pantai bertemu laut # kita bersama hingga maut
2014
Jika
Jika
hati cuma mencintai # bagaimana bisa aku melukai
2014
Lullaby
Kubiarkan
jendela terbuka
Menusuk
angin # merajuk ingin
Pada
ingatan batu # enggan mengusir pilu
Hujan
warnai lautan # dari celoteh kerinduan
Serupa
nyala lilin # melawan udara dingin
Aku
tak sanggup terluka # kenangan manis tetap terbuka
Perahu
penuh genangan # kita butuh titian
Agar
jantungku tak tenggelam # Dalam tangis malam bertilam
Alangkah
perih luka dada # sesak kenangan yang ada
aku
mabuk janji # dalam asmara api
Tongkang
tongkang nelayan # melepas jarak ikatan
membikin
lembar runyam # kisah semusim kelam
Kau
terbang ke cakrawala biru # lidahku kelu panggil namamu
langit
pias # ombak membias
Suara
tangis lebih ringkih # debur dada kian perih
Engkau
tetap terbang # langit utara lengang
Dadaku
remuk # kenangan terpuruk
2015
Hikayat Janji
Serangkaian
doa berkumandang # anganku ikut melayang
Pada
ruas matahari # jantungku menyimpan nyeri
Perpisahan
lebih sakit dari cinta # meski pertemuan selalu penuh luka
Bersakit-sakit
kunanti mimpi # bertambah-tambah sesak di hati
Sehelai
rambutmu jatuh di lantai # air mataku runtuh berurai
Aku
menanti takdir # berpaling dari getir
Inginku,
Kita
selalu bersama # serupa rel kereta
Beriring
tanpa berpaling # berharap saling berdamping
kubangun
mimpi #
di pusaran janji
2015
Hikayat Musafir
Seorang
musafir menempuh jalan # mencari hikmah kesementaraan
tangan kirinya bertongkat adab # dada kanannya
memegang kitab
berjalan
dari zaman ke zaman # membaca lembaran tafsir kesucian
ingin berpulang ke surga #
kepalanya bersepuh tembaga
Di
lorong langit berwarna pagi # musafir mendengar nyanyi sendiri
Harum
Rabi’ah diciumnya # busuk neraka dihalaunya
Ia
masih tetap berjalan # mengukur tali kekang peradaban
Ingin berpulang ke surga #
kepalanya bersepuh tembaga
Oh,
tenanglah jiwa # tenang semesta
Kita
reguk anggur dunia # dalam bahasa para sufi
Kitab
suci menghampar # kita memikul debar
Malaikat
menyusun kisah # kita menghapal ibadah
Ingin berpulang ke surga #
kepala bersepuh tembaga
2015
Hikayat
Ramadhan
Setiap
senja merah menjelang # suara langit berbilang bilang
Rapal
doa mengangkasa # jiwaku sedang berpuasa
Ini
bukan sebuah metafora # tentang musafir berteman lara
Aku
bersijingkat meniti sirat # dari api yang menjilat
Kutatap
kaki langit di deru kota # bulan pun belum menjelma jadi kata
Aku
bertanya pada kitab # mampukah aku menyusun hisab
Keadilan
serupa sabda panglima # Sedang riwayat penuh luka
Ketika
takdir terasa getir # perih berpaling dari hilir
Biarlah
biar ombak air mata # mencuci luka bersama mantra
Aku
berbisik di telinga Ramadhan # sampaikah harum surga di haribaan
Duhai,
hidup alangkah panjang # setiap lembar kuhitung ulang
Sedang
ciumku tak pernah lekat # di kitab syair darwis penuh makrifat
Tuhanku,
sampaikan aku # pada sungai madu
Nafasku
bersimbah keluh # Pada Ramadhan penuh
2015
Hikayat Rindu I
Salamku bagi pesta penghabisan # kidung penutup di
deras hujan
Puisi bertutur cinta
sejati # di lempang usia tersimpan melati
Dua perahu kudayung
sendiri # laut menyimpan kisah nyeri
Betapa luka bertubi tubi
# dadaku pecah berkali kali
Salamku bagi pesta
penghabisan # kidung penutup di deras hujan
Pada ombak mengalun #
kutitip rindu bertalun
Pada sajak # pada jarak
Aku menunggu tanpa kata #
di antara mata dan hati
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar